Sejak terbentuknya
laut hingga beberapa puluh dekade belakangan ini, laut memiliki stabilitas pH
yang cukup sehingga mampu menyokong berbagai macam kehidupan di dalamnya.
Keadaan berubah pesat ketika peradaban manusia memasuki era revolusi industri,
dimana pembangunan di bidang industri telah berkembang secara cepat. Dampak
revolusi industri meningkatkan kesejahteraan umat manusia secara drastis, namun
di lain pihak penggunaan bahan bakar fosil merupakan awal mula campur tangan
manusia terhadap kerusakan ekosistem. Era revolusi industri banyak menimbulkan
hasil sampingan berupa limbah zat kimia berbahaya serta polusi gas yang hingga
kini masih menjadi sorotan masalah pemanasan global yaitu emisi karbon dioksida
(CO2).
Peneliti menemukan bahwa laut
telah menjadi salah satu penyerap CO2 terbesar setelah hutan sehingga memperlambat
dampak polusi gas CO2 terhadap atsmosfer bumi. Asidifikasi atau menurunnya pH
pada suatu larutan hingga keadaan asam merupakan fenomena yang terjadi akibat adanya
reaksi antara air laut dengan gas CO2. Reaksi antara air laut dengan gas CO2
tersebut akan membentuk asam karbonik yang akan menurunkan pH air laut terutama
pada daerah didekat permukaan.
Gambar 1. Reaksi air dengan CO2 membentuk
asam karbonik
|
Turunnya pH air
laut menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap makhluk hidup di dalam
ekosistem laut. Dampak terbesar dialami oleh hewan karang yang sensitif
terhadap suhu dan pH lingkungan. Karang akan berlendir sebagai respon terhadap
lingkungan yang tidak sesuai terhadap kelangsungan hidup karang dan dampak
terburuknya adalah matinya hewan karang sehingga terumbu karang memutih atau
dikenal dengan bleaching.
Rusaknya terumbu karang akan
memengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman hewan lain yang berasosiasi dengan
karang seperti ikan karang, molusca, dan invertebrata lainnya. Asidifikasi air
laut juga memengaruhi ikan secara hormonal sehingga menyebabkan anomali
reproduksi. Dampak secara langsung juga dialami kerang-kerangan yang tidak
tahan terhadap pH rendah sehingga cenderung menghindari kedalaman yang dangkal.
Semua hal tersebut akan merubah pola rantai makanan terutama organisme dengan
posisi terbawah dalam rantai makanan.
Kurang lebih 22 juta ton gas CO2
yang dihasilkan oleh aktivitas manusia diserap oleh lautan setiap harinya.
Kesadaran akan kerusakan yang terjadi di laut akibat ulah manusia ini perlu
dibangun. Manusia harus mulai mampu untuk mengontrol emisi gas buang CO2 karena
jika tidak, organisme laut akan berada di dalam tekanan untuk beradaptasi
terhadap perubahan kimia air laut atau musnah karenanya.
oleh:
-Diklat SIGMA-B
UI-
Sumber : http://ocean.nationalgeographic.com/ocean/critical-issues-ocean-acidification/?source=A-to-Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar