Jumat, 15 Oktober 2010

TAKING THE PERFECT ID-PHOTO OF WHALE SHARK

WANT TO BE A SHARK RESEARCHER?

Hanya dengan mengambil foto dari pola unik kulit whale shark dan mengirimkan foto tersebut ke global database at www.whaleshark.org. Kamu dapat membantu para ilmuwan dan ahli konservasi dalam mempelajari lebih banyak tentang jumlah whale-shark dan cara hidup mereka, untuk kemudian membantu melestarikan ikan terbesar di lautan tersebut di masa yang akan datang. Sebagai peneliti whale-shark, kamu akan mendapatkan link untuk mengikuti perjalanan whale-shark kamu tersebut. kamu akan mendapatkan info di emailmu saat whale-shark yang kamu photo tersebut terlihat kembali.



Yang paling penting dalam mengambil foto whale-shark, haruslah dari sisi sebelah kiri dan tepatnya di belakang insang mereka. Ini penting karena area inilah yang akan menjadi alat indentifikasi whale-shark tersebut, seperti sidik jari pada manusia. Jika memungkinkan, dapat mengambil juga foto dari sisi sebelah kanan di belakang insang mereka. Foto apapun dapat sangat membantu dalam memberikan informasi.




Di harapkan untuk menuliskan beberapa informasi tentang whale-shark tersebut, seperti :

Hari
Jam
Lokasi (Dengan menggunakan GPS kalau bisa)
Kedalaman lokasi pengambilan foto
Jenis kelamin dan ukuran dari whale-shark tersebut (kalau bisa)

Kemudian mengupload foto tersebut ke www.whaleshark.org/submit.jsp






SAVE THE WHALE SHARK

Sumber : www.whaleshark.org

Di posting oleh : Divo

Sabtu, 02 Oktober 2010

The Cove

Download film The Cove via : Indowebster

Film dokumenter The Cove tentang pembantaian ikan lumba-lumba di Teluk Taiji, Jepang yang memenang hadiah Oscar terus membawa kehebohan hingga kini. Pemerintahan Jepang dibuat kelabakan untuk mengklarifikasi, termasuk tentang tingginya kandungan mercury dalam tubuh orang-orang yang mengkonsumsi daging lumba-lumba. Peneliti Jepang pekan lalu mengatakan mereka menemukan merkuri dalam tingkat tinggi pada penduduk kota pemburu lumba-lumba, Taiji, yang ditampilkan di dalam film dokumenter peraih Oscar "The Cove", tapi tak ada penyakit yang berkaitan dengan itu.
Logam berat beracun tersebut terkonsentrasi pada rantai makanan dan dapat diserap oleh manusia ketika mereka memakan spesies pemangsa daging seperti ikan lumba-lumba, yang dagingnya telah disajikan di toko dan, pada waktu lalu, pada makan siang di Jepang.
Jajak pendapat atas sebanyak 1.000 warga Taiji mendapati tingkat tinggi merkuri pada rambut sebagian dari mereka, tapi tak seorang pun pernah jatuh sakit sebagai akibatnya, kata Direktur Lembaga Nasional bagi Penyakit Minamata,Koji Okamoto.
"Dari 1.000 orang yang kami teliti, ada beberapa orang yang rambut mereka mengandung methyl merkuri dalam tingkat tinggi," katanya. "Lalu kami mengkaji sebanyak 200 orang termasuk semua orang ini. Tetapi kami tak menemukan kasus neurologi keracuan methyl merkuri."
Hasil terperinci studi itu akan disiarkan dalam pertemuan di balaikota di kota kecil nelayan di bagian barat-daya Jepang tersebut. Taiji menjadi sorotan dunia dengan tersiarnya film dokumenter ekologi yang laris keras tahun lalu "The Cove" mengenai perburuan tahunan ikan lumba-lumba di sana. Sebagian pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan kamera tersembunyi dan menyoroti ancaman merkuri.
Film itu, yang menampilkan tayangan grafis mengenai hewan mamalia laut yang ditikam dengan sejenis tombak dengan tali hingga mati, membuat marah nelayan setempat, yang mengatakan perburuan lumba-lumba adalah bagian dari kebudayaan mereka dan mengecam teknik sembunyi-sembunyi oleh awak pembuat film tersebut.
Film itu meraih "Academy Award` bagi kategori film dokumenter terbaik tahun ini. Methyl merkuri berada di belakang bencana polusi industri terburuk di Jepang. Dalam peristiwa itu, satu pabrik membuang bahan kimia beracun ke Teluk Minamata di Jepang baratdaya dari 1950-an, sehingga meracuni habitat laut dan penduduk setempat.
Semua korban menderita kejang, serangan jantung dan kehilangan perasaan serta kendali motorik sehingga merusak kemampuan mereka untuk berjalan serta berbicara. Bayi dilahirkan dengan kerusakan sistem syaraf dan kelainan lain fisik serta mental.
Kira-kira sepertiga penduduk sebuah desa di bagian tengah Jepang dilaporkan tercemar merkuri atau air raksa karena makan daging ikan lumba-lumba. Kata Lembaga Penyakit Minamata Jepang, kira-kira 1000 orang penduduk desa yang diperiksa, kadar air raksa yang terdapat dalam tubuh mereka jauh lebih tinggi dari tingkat rata-rata.
Desa Taiji yang berpenduduk 3000, pernah menjadi subyek film dokumenter tahun 2009 dan mendapat penghargaan Academy Awards atau Oscar untuk kategori film dokumenter. Film tersebut menunjukkan dengan jelas perburuan ikan lumba-lumba dan warga desa yang suka makan daging ikan itu.
Keracunan merkuri atau air raksa adalah hal yang sangat peka di Jepang sejak puluhan tahun karena adanya bencana di Minamata, yang disebabkan polusi industri dalam tahun 1950-an. Keracunan dapat mengakibatkan cacat lahir, gangguan syaraf dan seringkali mengakibatkan kematian.
Empat tahun yang lalu, pejabat desa Taiji secara terbuka menentang usaha pembangunan sebuah pabrik pemrosesan daging lumba-lumba untuk makanan anak-anak sekolah.

Sumber (www.sabili.co.id)
Download film : via Indowebster

Minggu, 22 Agustus 2010

Warga Pangandaran Potong Hiu Terdampar

Sejumlah warga mengerumuni ikan paus yang terdampar di Pulau Penang, Malaysia (2/1). Ikan paus ini terjala nelayan dan terlanjur mati ketika akan di lepaskan. AP Photo.
Metrotvnews.com, Ciamis: Seekor hiu langka jenis naga bintang terdampar di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (21/8) pagi. Warga sekitar tidak melepas kembali hewan langka itu ke laut. Mereka justru memotong-motong daging hiu untuk dimakan dan dijual.

Menurut warga, jika dilepas ke laut hiu tidak akan sanggup bertahan hidup. Hiu akan mati membusuk. Karena itu, lebih baik dipotong dan dimanfaatkan dagingnya. Warga juga percaya jika terdamparnya hiu adalah pertanda datangnya musim panen. Sebab, setahun belakangan tangkapan nelayan menurun drastis.

Aksi main potong hiu tersebut juga menjadi tontonan wisatawan. Tidak seperti warga yang gembira, para wisatawan justru menyesalkan warga yang tidak memberi perlindungan terhadap satwa langka itu.

Ikan besar yang memiliki panjang sekitar enam meter dengan berat 1,5 ton tersebut secara tak sengaja terjaring oleh nelayan ketika menangkap ikan di laut.(**)
http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/08/21/111603/Warga-Pangandaran-Potong-Hiu-Terdampar