Rabu, 12 Januari 2011

10 Terumbu Karang Paling Terancam akan Dikonservasi

Proyek untuk terumbu karang yang langka dan terancam punah, EDGE (Evolutionarily Distinct and Globally Endangered) Coral Reefs Project telah mengidentifikasi 10 spesies terumbu karang yang sangat memerlukan perlindungan. Setelah identifikasi, proyek ini akan berlanjut dengan upaya konservasi.

Kesepuluh spesies ini adalah elegance coral, crisp pillow coral, horastrea coral, pillar coral, elliptical star coral, mushroom coral, parasimplastrea coral, pearl bubble coral, ctenella coral, dan elkhorn coral

EDGE akan fokus pada spesies yang terancam punah dan menggunakan pendekatan regional untuk konservasi. Artinya, proyek ini akan difokuskan pada tempat-tempat yang kaya keragaman karang, seperti segitiga terumbu karang  di Asia Tenggara, Samudera Hindia bagian barat dekat Mozambique, dan sekitar perairan Karibia. Segitiga Terumbu Karang meliputi perairan di Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste.

Manajer program konservasi laut ZSL Heather Koldewey, mengatakan kalau terumbu karang adalah salah satu kelompok paling terancam keberadaannya. "EDGE Coral Reefs akan fokus pada meningkatkan ketahanan spesies terumbu karang yang paling beragam di dunia, untuk memastikan terumbu karang kita akan terus berkembang di masa mendatang," tegas Koldewey.

Terumbu karang adalah ekosistem laut paling beragam yang ada di bumi dan seringkali disebut sebagai "hutan" di lautan. Meski hanya menempati sekitar 0,2 persen dasar lautan, terumbu karang menjadi pelabuhan bagi sepertiga kehidupan di laut. Terumbu karang menyediakan habitat yang sempurna bagi banyak hewan laut, seperti ikan, bunga karang, echinoderma, dan cacing. 

Terumbu karang mengalami banyak ancaman, seperti meningkatnya suhu laut karena perubahan iklim, peningkatan keasaman, penangkapan ikan berlebihan, dan polusi. Peningkatan suhu air laut menjadi penyebab koral memutih. "Terumbu karang terancam kepunahan fungsional dalam 20 hingga 50 tahun,terutama karena perubahan iklim global," kata Catherine Head, koordinator proyek EDGE

Head menjelaskan, pemutihan terjadi saat temperatur laut meningkat dan ini menyebabkan jaringan karang mengeluarkan ganggang simbiotiknya yang disebut zooxanthellae yang memberi warna pada karang. "2010 sepertinya menjadi tahun terburuk. Ada laporan di pantai Indonesia terjadi 100 persen pemutihan di beberapa titik. Pada 1998, 16 persen terumbu karang dunia mati karena pemutihan,” tutur Head.

Saat terjadi pemutihan, karang tidak bisa melakukan fotosintesis dan berakibat mereka tidak bisa makan. Karang memiliki waktu terbatas--hanya beberapa bulan--untuk mendapatkan kembali zooxanthellae. Jika tidak mendapat ganggang ini, karang akan mati.