Kamis, 19 Mei 2011

ARUS MENGAKIBATKAN LUMBA-LUMBA TERPISAH; PENELITIAN MENEMUKAN FAKTOR-FAKTOR OSEANOGRAFI YANG TIDAK TERLIHAT YANG MEMBUAT POPULASI-POPULASI TERPISAH

Wildlife Conservation Society dari American Museum of Natural History dan kelompok peneliti konservasi telah menemukan bahwa populasi-populasi lumba-lumba humpback di bagian barat Samudra Hindia tidak bercampur dengan bebas karena selalu terpisah oleh faktor-faktor lingkungan seperti arus.  Penelitian selain menggunakan data genetik juga menggunakan data informasi lingkungan yang diperoleh melalui teknologi remote-sensing satelit NASA.  Penelitian tersebut merupakan suatu terobosan dalam penelitian kehidupan satwa laut berteknologi tinggi yang memengaruhi kebijakan-kebijakan terhadap lumba-lumba humpback.

Gambar 1. Lumba-lumba humpback.
[Sumber: Iziko Museums of Cape Town 2011: 1.]
 
Peneliti melakukan penelitian bagaimana faktor-faktor lingkungan memengaruhi populasi spesies-spesies laut.  Penelitian tersebut juga meningkatkan pemahaman kita mengenai pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap evolusi. "Examining how environmental factors affect the population structure of marine species is a complex task. Doing this over entire regions is a challenge," kata ketua peneliti Dr. Martin Mendez dari Sackler Institute for Comparative Genomics, American Museum of Natural History. "Unlike studies of terrestrial species in easily observable environments, marine species are difficult to follow and the barriers they encounter are often invisible to us. Molecular technologies and remote sensing data can be combined to shed light on these mysteries."
Penelitian dimulai dengan memeriksa dan menganalisis data genetika 90 individu dari populasi lumba-lumba humpback di daerah pesisir Oman, Mozambik, Madagaskar, Tanzania, dan Afrika Selatan.  Peneliti menggunakan genetic marker pada DNA mitokondria, untuk mengetahui gene flow di setiap daerah. Peneliti kemudian membandingkan data genetika dengan data-data lingkungan seperti arus, suhu, turbiditas, kandungan klorofil, dan kandungan material organik terlarut dari 13 tahun yang lalu.  Data-data lingkungan diambil oleh satelit NASA.
Dr. Mendez dan peneliti lain membuat hipotesis bahwa perbedaan kondisi lingkungan antar daerah dapat memengaruhi struktur populasi spesies-spesies laut.  Data hasil penelitian menunjukkan korelasi antara perbedaan kondisi lingkungan dengan perbedaan susunan genetik pada populasi lumba-lumba humpback di Mozambik, Tanzania, dan Oman.  Data-data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara daerah pesisir Semenanjung Arab (Oman) dengan daerah pesisir Afrika (Mozambik dan Tanzania).

Gambar 2. Peta penyebaran lumba-lumba humpback

Faktor arus memengaruhi perbedaan genetik pada populasi lumba-lumba humpback dalam skala yang luas.  Arus Selatan Ekuator bergerak ke bagian barat Samudra Hindia kemudian berbelok ke utara (Oman) dan selatan (Mozambik, Tanzania, dan Madagaskar) karena bertabrakan dengan benua Afrika.  Daerah pesisir Mozambik dan Tanzania memiliki sedikit perbedaan faktor lingkungan lain selain arus, yaitu suhu, kandungan klorofil, turbiditas, dan kandungan material organik terlarut, sedangkan daerah pesisir Oman memiliki banyak perbedaan dengan daerah Mozambik dan Tanzania.  Faktor-faktor tersebut mengakibatkan perbedaan genetik pada populasi lumba-lumba humpback di Mozambik dan Tanzania sangat sedikit, sedangkan di Oman sangat tinggi.
"With increasing development and potential threats to coastal habitats, understanding the population structure of the Indo-Pacific humpback dolphin in conjunction with environmental factors is an important step in formulating management recommendations and protection measures for the species," kata Dr. Howard Rosenbaum, Direktur Wildlife Conservation Society’s Ocean Giants Program.

Sumber : http://www.biodiversityexplorer.org
                http://www.sciencedaily.com