Proyek untuk terumbu karang yang langka dan
terancam punah, EDGE (Evolutionarily Distinct and Globally Endangered)
Coral Reefs Project telah mengidentifikasi 10 spesies terumbu karang
yang sangat memerlukan perlindungan. Setelah identifikasi, proyek ini
akan berlanjut dengan upaya konservasi.
Kesepuluh spesies ini adalah elegance coral, crisp pillow coral, horastrea coral, pillar coral, elliptical star coral, mushroom coral, parasimplastrea coral, pearl bubble coral, ctenella coral, dan elkhorn coral.
EDGE
akan fokus pada spesies yang terancam punah dan menggunakan pendekatan
regional untuk konservasi. Artinya, proyek ini akan difokuskan pada
tempat-tempat yang kaya keragaman karang, seperti segitiga terumbu
karang di Asia Tenggara, Samudera Hindia bagian barat dekat Mozambique,
dan sekitar perairan Karibia. Segitiga Terumbu Karang meliputi perairan
di Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan
Timor Leste.
Manajer program konservasi laut
ZSL Heather Koldewey, mengatakan kalau terumbu karang adalah salah satu
kelompok paling terancam keberadaannya. "EDGE Coral Reefs akan fokus
pada meningkatkan ketahanan spesies terumbu karang yang paling beragam
di dunia, untuk memastikan terumbu karang kita akan terus berkembang di
masa mendatang," tegas Koldewey.
Terumbu karang
adalah ekosistem laut paling beragam yang ada di bumi dan seringkali
disebut sebagai "hutan" di lautan. Meski hanya menempati sekitar 0,2
persen dasar lautan, terumbu karang menjadi pelabuhan bagi sepertiga
kehidupan di laut. Terumbu karang menyediakan habitat yang sempurna bagi
banyak hewan laut, seperti ikan, bunga karang, echinoderma, dan cacing.
Terumbu
karang mengalami banyak ancaman, seperti meningkatnya suhu laut karena
perubahan iklim, peningkatan keasaman, penangkapan ikan berlebihan, dan
polusi. Peningkatan suhu air laut menjadi penyebab koral memutih.
"Terumbu karang terancam kepunahan fungsional dalam 20 hingga 50
tahun,terutama karena perubahan iklim global," kata Catherine Head,
koordinator proyek EDGE
Head menjelaskan,
pemutihan terjadi saat temperatur laut meningkat dan ini menyebabkan
jaringan karang mengeluarkan ganggang simbiotiknya yang disebut zooxanthellae
yang memberi warna pada karang. "2010 sepertinya menjadi tahun
terburuk. Ada laporan di pantai Indonesia terjadi 100 persen pemutihan
di beberapa titik. Pada 1998, 16 persen terumbu karang dunia mati karena
pemutihan,” tutur Head.
Saat terjadi
pemutihan, karang tidak bisa melakukan fotosintesis dan berakibat mereka
tidak bisa makan. Karang memiliki waktu terbatas--hanya beberapa
bulan--untuk mendapatkan kembali zooxanthellae. Jika tidak mendapat ganggang ini, karang akan mati.
Sumber : National Geographic Indonesia